Dunia VS Akhirat

Bismillah..

Baru kali ini kurasa plong betul nafas ku, sat set sat set aja keluar masuk di rongga dada. Biasanya saat bangun tidur kayak ada yg mengganjal di dada, nafas terasa berat, tenggorokan sulit menelan, walaupun sudah minum air, tetap saja rasanya ada yang mengganjal.

Singkat cerita, ba'da sholat subuh tetiba ingat kisahnya Rasulullah dan para sahabat yang habis subuh pasti gak langsung pulang kerumahnya, melainkan beliau berdiam dulu di masjid dzikir bareng sahabat dan bincang-bincang hangat. Yah! Poin yang saya tangkap adalah dzikir pagi terbaik dilakukan setelah sholat subuh, diawal pagi. Biasanya kalo dzikir itu sambil beraktivitas. Jadi habis subuh ngaji dulu, nanti jam 7 baru mulai dzikir pagi. Nah kalo sudah begini keadaannya, biasanya suka was-was alias lupa, sudah sampai dimana dzikir ku? Kadang gak selesai-selesai sudah siang aja, huhu sedih. Karena fokus terbagi-bagi, antara mau dzikir atau melakukan aktivitas lainnya. 

Hari ini berbeda, kuambil HP, matikan data, dan notifikasi, buka e-book Dzikir Pagi Petang, ku coba fokus mengambil waktu khusus untuk dzikir pagi, pokoknya dzikir dulu sampai tuntas, walau sesekali kayak berat sekali itu mata, melek lagi, sampai akhirnya selesai juga dan tetiba tersadar..eh ringan nya perasaan ku, hilang seketika  yang mengganjal di leher ku, tarik nafas eh plong betul.. biasanya kalo ambil nafas gak pernah sedalam ini, MaasyaAllah lega rasanya.

Biasanya, mau sekali ka buka HP, cek notif, mangkir di grup, dll. Alhamdulillah hilang tuh hasrat pengen buka HP, UP story.. dll. Malah bersemangat untuk melakukan aktivitas yang lain, kayak nyapu, nyuci, kebetulan jadwal ku hari ini buka kios, habis itu ke kedai beli sayuran sekalian jalan-jalan pagi, praktekkan langkah panjang ala OMD berjalan layaknya diatas rel kereta. MaasyaAllah, berdzikir benar-benar menjadi benteng pertahanan dari godaan syaitan, yang bisa menjerumuskan kita dalam kesia-siaan, yang akhirnya merugikan diri sendiri.

Setelah merenung-renung, Oh mungkin ini sebabnya tidak ada pekerjaan ku yang selesai alias kurang produktif, ada niat yang keliru selama ini dan perlu dibenahi, selama ini saya buat challenge untuk diriku, Ngaji dulu, baru boleh.. Dzikir dulu, baru boleh..

Yaa, seolah-olah melakukan amalan akhirat, yang ujungnya untuk memenuhi hasrat duniawi saja, hanya karena Ingin main HP kita dzikir, hanya karena ingin sesuatu, kita ngaji, bukan karena tulus, ikhlas karena mengharap ridho Allah. Istilahnya.. lagi ada mau nya, walau begitu, saya tetap menghargai usaha ku yang ingin mendisiplinkan diri dengan memberikan reward untuk diri sendiri, hingga akhirnya Allah berikan petunjukNya, lewat apa yang pernah saya dengar dan pelajari, Allah kembalikan ingatan itu. Itulah pentingnya menuntut ilmu syar'i, sebagai asupan akal, jika sewaktu-waktu Allah turunkan hidayah Nya, maka petunjuk akan lebih mudah terbaca, sisa ditimbang oleh akal karena bahan bakarnya sudah ada. Tidak bisa dinafikan juga kalau akal manusia itu memang menimbang untung rugi, artinya harus ada imbalan disetiap amalan, seperti pahala dan surga yang Allah janjikan. 

Namun bagaimana jika keinginan/tujuan kita berorientasi pada dunia? pantas saja ngajinya ta'sebentar ji, dzikir nya buru-buru, karena sejak awal sudah salah niat, tujuannya bukan karena mencari ridho nya Allah, melainkan hanya sekedar memenuhi hasrat duniawi, akhirnya yang penting ngaji, yang penting dzikir, dzikir pun kadang-kadang lupa sudah sampai dimana? akhirnya dilalaikanlah kita oleh perkara dunia. 

Memang benar kata ustadz Felix, dalam bukunya Beyond the Inspiration, bahwa pilihan itu ibarat titik fokus pada kamera, yang akan otomatis memblur yang lainnya, kita tidak bisa memilih dua hal dalam waktu yang bersamaan, harus ada skala prioritas, seperti halnya antara perkara dunia dan akhirat, jika kita memilih fokus pada urusan dunia, maka disaat itu juga kita akan dilalaikan dari urusan akhirat, jika memilih fokus pada akhirat, maka diwaktu yang sama kita akan dilalaikan dari perkara duniawi. 

Maka, sebaik-baik prioritas adalah perkara akhirat, namun kembali lagi pada visi awal masing-masing, Allah tidak melarang kita mengejar dunia, namun menjadikan dunia sebagai prioritas utama akan melalaikan kita dari perkara akhirat yang menjadi tujuan kita. Justru kita dituntut untuk menyeimbangkan antara urusan akhirat dengan urusan dunia, maka cukuplah perkara dunia sebagai alat agar kita lebih dekat dengan tujuan, yaitu surga dan keridhoanNya Allah di akhirat kelak.

Quote:
"Dunia ibarat bayangan, jika kau mengejarnya, maka ia akan lari darimu, semakin kau kejar semakin ia berlari menjauhi mu, cobalah berbalik arah dan fokus pada akhirat, biarkan dunia mengikuti mu"

Allahumma ya Allah, Yaa Muqollibal Quluub, tsabbits qolbii 'ala diinik..
Allahumma Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cukuplah Allah Sebagai Penolongku

Jiwa Positif vs Jiwa Negatif

Singkat Cerita Tentang Dill~