Singkat Cerita Tentang Dill~
Berkisah tentang pengalaman pribadi yang mendalam kadang bikin mewek, apalagi berkaitan dengan orang tua, si support system ku. Alhamdulillah di tahun ini orang tua masih lengkap, semoga Allah senantiasa memberi kesehatan dan umur panjang yang diberkahi.
Allahumma Aamiin.
Hari ini saya ingin bercerita sebagai seorang Anak. Saya anak keempat dari enam bersaudara. Besar dari keluarga yang sangat sederhana, tidak punya apapun kecuali keyakinan bahwa setiap makhluk telah diatur rezekinya oleh Allah. Bapak bukan lulusan SMA, dan Ibu bukan lulusan SMP, mungkin sudah bisa tergambar bagaimana pedihnya kehidupan tanpa status sosial dan pendidikan yang tinggi di kalangan masyarakat. Kadang kami makan nasi dengan minyak+garam, syukur-syukur makan 2 bungkus mie sejati di makan berlima bersama saudara (Dulu). Nasehat orang tua kami "Jangan pilih-pilih makanan, makan apa yang ada, yang penting ada ji nasinya" istilah kerennya "Banyak-banyak ki bersyukur".
Note : Jangan suka buang-buang makanan yaa.
Sejak kecil saya sudah tinggal jauh dari orang tua, hidup dan dibesarkan dirumah almh. Nenek sejak TK hingga tamat SD, semoga Allah lapangkan kuburnya, Aamiin. Sesekali berkunjung kerumah orang tua atau orang tua yang berkunjung. Kadang suka nangis, berat hati jika harus kembali kerumah nenek. Dulu selalu berpikir negatif ke orang tua, merasa dibeda-bedakan dengan saudara yang lainnya. Merasa dilupakan, dan pikiran negatif lainnya. Kadang kita tidak sadar menganggap ini sebagai candaan "Nalupakan mako mama'mu, kakak mu dibelikan ini dan kamu tidak, aiih.." dan lain-lain. (biasanya ocehan para ibu-ibu nih).
Note : Dalam ilmu parenting, candaan seperti itu pada anak tidak dibenarkan, karena dapat memengaruhi psikologis, dan merusak mental anak.
Itulah yang sempat saya rasakan, dan tertanam di alam bawah sadar saya, bahwa orang tua saya tidak sayang dan tidak peduli lagi. Walaupun tidak pernah nampak pemberontakan, namun alam bawah sadar saya selalu memberontak dan selalu meminta menyakiti diri sendiri. Alhamdulillah, dirumah almh. Nenek, saya punya lingkungan yang positif, apalagi rumah nenek dekat dengan masjid, saya menjadi santri TPA disana, namanya TPA Al-Mubarak, ditempat ini saya belajar dan di bina dengan baik, boleh dibilang lingkungan orang-orang yang berpendidikan. Inilah salah satu yang saya syukuri hingga saat ini. Berada dan dibesarkan dilingkungan yang positif adalah rezeki yang tak terhingga yang Allah berikan untuk saya. Terima kasih kepada orang tua ku yang telah menggiring saya kesini.
Bantaeng adalah kota kelahiranku, setelah tamat SD petualangan saya semakin jauh ke Makassar, tinggal di rumah om dan tante bersama satu orang anak laki-laki nya. Menurut saya, lingkungan nya cukup toxic. Pertengkaran, perselingkuhan hingga perceraian, pencurian, pecandu narkoba, wanita perokok, perang antar kampung (busur-busuran) semua bisa di tonton disana. Saya tidak perlu lagi nonton film Indosi*r untuk melihat karma. Alhamdulillah berkali-kali, Allah telah membentengi saya dengan ilmu agama sebelum berada di lingkungan itu. Allah tidak pernah gagal menjadi sutradara. Selalu saja ada hikmah yang Allah tunjukkan.
Note : Bentengi anak dengan ilmu Agama sedari dini, maka apapun lingkungannya, Allah akan jaga Dia.
Dua tahun di Makassar, akhirnya kembali ke kampung halaman. Qodarullah, Om dan Tante sudah pisah (bercerai), akhirnya saya melanjutkan sekolah di kampung halaman, bukan kembali ke rumah orang tua, tapi dirumah tante yang berdekatan rumah dengan almh. nenek, waktu itu saya kelas IX, lanjut di MTs hingga tamat MA di Perguruan Muhammadiyah Panaikang. Semangat dan prestasi mulai nampak menjelang kelas XII, aktif di beberapa organisasi membuat saya disegani oleh teman-teman, menjelang Ujian Nasional saya bertekad untuk belajar lebih giat agar bisa masuk ke perguruan tinggi yang di inginkan.
Menjelang Ujian Nasional, saya lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan, kadang bersama teman-teman, membuka lembaran-lembaran soal ujian tahun lalu. Perbanyak do'a, tilawah, dhuha gak pernah absen (saat itu).
Disaat teman-teman membicarakan beberapa Universitas yang ingin mereka daftari, dengan jalur PTM, SBMPTN, dan lain-lain. Saya hanya melongo karena tidak paham dan hanya tahu satu Universitas saja, yaitu UNISMUH Makassar, dengan jalur Ijazah Muhammadiyah, wkwk.
Sebenarnya, orang tuaku tidak berniat menyekolahkan saya hingga ke Perguruan Tinggi, bukannya pertanyaan "Mau masuk Perguruan Tinggi mana?" Melainkan "Dimana mau kerja setelah tamat?". Ya wajarlah, wong tidak punya apa-apa selain keyakinan bahwa "Setiap anak punya rezekinya masing-masing" , begitulah kata bapak. Masih saya ingat dengan jelas suasana dan percakapan singkat dengan Ibu saya waktu itu. Sambil mengutui kepalanya, dan saya nanya :
"Mak, mau jaki kasi kuliah ka?"
"Mauja iya nak, tapi tidak ada uang, kerja mi dulu di pegadaian do', tahun depan pi baru..."
"Adaji niatta iya toh mak? Doa kan ma saja, ada-adaji itu, yang penting do'a ta dulu"
"Iyo nak, ku doakan ko itu, selalu ji di setiap sholat ku"
Alhamdulillah, Skenario Allah tidak pernah gagal membuat hati saya berbunga-bunga.
Note: Keyakinan dan Doa Restu orang tua itu nomor satu.
Singkat cerita, saya kembali kerumah tante di Beloparang, waktu itu saya hadir shalat subuh berjamaah di Masjid (Masjid Nurul Amin Beloparang), setelah berdo'a, di panggillah saya sama guru ngaji saya, beliau menawarkan saya untuk kuliah di kampus yang saat ini saya tempuh, kebetulan anaknya adalah Dosen disana. MaasyaAllah. Alhamdulillah, Allah mengirim beliau untuk membantu membiayai kuliah saya diawal semester hingga akhirnya orang tua bisa mandiri. Saya selalu memanfaatkan peluang beasiswa, baik beasiswa "Kurang Mampu" maupun beasiswa "Berprestasi".
Alhamdulillah, saya sangat beryukur Allah titipkan amanah ini kepada saya, saya berharap bisa mengangkat derajat orang tua melalui jalur pendidikan. Alhamdulillah sekarang saya sudah berada di tahap akhir penyelesaian studi S1 di Universitas Megarezky. Semoga Allah mudahkan, kuatkan, dan ilmu ku bisa bermanfaat bagi banyak orang. Aamiin Allahumma Aamiin.
Semoga Allah membalas setiap kebaikan orang-orang yang pernah hadir dalam cerita hidupku, yang turut serta mewarnai kisah perjuangan ku. Barokallahufiikum.
Komentar
Posting Komentar