Belajar dari Marbot Masjid

08 Ramadhan 1444 hijriyah/ 30 Maret 2023


    Ada yang pernah singgah di Masjid ini? Atau mungkin sering dan tetanggaan dengan Masjid ini hehe.

Sebagai umat Islam, masjid menjadi salah-satu bangunan/tempat ibadah kaum muslimin, dimana kita bisa memeroleh ketenangan, bermunajat, dan melakukan aktivitas yang bernilai ibadah. Gambar diatas adalah salah-satu masjid yang ada di Kab. Bantaeng, maaf saya lupa nama masjid nya, hanya potret yang bisa saya tunjukkan, saya sendiri rasanya masih ingin berlama-lama di masjid ini, ditambah lagi fasilitas dan perawatan yang oke, adem dan wangi hehe.

Ada satu hal yang membuat saya terkesan dengan masjid ini, yakni dilemari mukenah yang maasyaAllah wangiii, ini kali pertama saya nemu masjid yang mukenah nya gak pake lama saya pilih-pilih wkwk. Bukannya pacalla-calla (pilih-pilih) ya, bukankah dalam ibadah kita harus memilih pakaian ternyaman dan terbaik untuk menghadap Allah? Termasuk mukenah, bukan tentang baru atau lama, tapi tentang kelayakannya untuk dipakai. Kategori layak yang saya maksud disini adalah bersih, tidak berbau (harum adalah bonus), dan tidak menerawang (tipis), tiga poin ini bagi saya sudah cukup membuat kita tenang dalam beribadah.

Singkat cerita, semalam ba'da tarwih, seperti biasa saya suka berlama-lama dan mengakhirkan keluar masjid, duduk menenangkan jiwa, mengamati langit-langit masjid maupun kaligrafinya yang indah, saya lihat dan mengamati pengurus masjid yang sedang merapikan lemari mukenah, beliau menyemprotkan pewangi ke mukenah yang sudah digunakan, merapikan susunannya, dipisahkan hanger mukenah dengan rok mukenah nya, sehingga tidak merusak hanger karena beban yang terlalu berat akibat tumpukan mukenah, terlihat rapi, dan mudah diambil.

Awalnya saya pikir, mukenah nya baru saja habis di laundry, ternyata rutin disemprot pewangi, hehe. Niat menghanger kembali mukenah yang sudah saya pakai tadi, namun dihalau oleh bapak pengurus masjid yang sementara menyemprotkan pewangi ke mukenah, sambil beliau berkata : "Kisimpanmi nak, nanti saya yang rapikan kembali", 

Saya jawab "Iye pak", pantas harum sekali mukenahnya, karena selalu disemprot setiap malam"  jawabku sambil senyum tipis-tipis dengan sedikit rasa malu.

MaasyaAllah, lemari mukenah yang wangi dan selalu tampak rapi sungguh membuat saya malu untuk tidak merapikannya kembali, seperti hal nya tempat-tempat yang terjaga kebersihannya, cukuplah itu membuat kita malu untuk mengotori, ada pepatah yang mengatakan, "Jika tak pandai memperbaiki, janganlah merusak", maka sama halnya jika kita tak mampu membersihkan, paling tidak janganlah mengotori, pastikan tangan-tangan kita yang fitrah nya mulia ini selalu menjaga kebersihan dan kerapian setiap tempat yang kita kunjungi.

Memang benar, didikan paling halus adalah akhlak, mendidik orang lain dimulai dari pribadi, maka yang lain akan mengikuti. Seperti hal nya yang dilakukan oleh bapak pengurus masjid ini, beliau telah melakukan hal sebagaimana ia mengharapkan orang lain juga melakukannya, dan benar saja lemari mukenah selalu tampak rapi sebelum dan setelah pengunjung memakai nya.

Singkat cerita, kami sempat berbincang-bincang sebentar sebelum meninggalkan masjid. Beliau menanyakan asal saya dan mengapa saya bisa berada ditempat ini, karena beliau baru melihat saya menjadi jamaah di masjid itu. Kujawablah dengan singkat, bahwa ada adik yang sedang di rawat di Puskesmas. Kebetulan masjid itu sangat dekat dengan Puskesmas.

MaasyaAllah, tabarokallah, sehat-sehat selalu para pengurus Masjid😇

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cukuplah Allah Sebagai Penolongku

Jiwa Positif vs Jiwa Negatif

Singkat Cerita Tentang Dill~